Jurnal Lorong
Journal of Social Cultural Studies
Volume 1 No.1, June-December 2004
ISSN: 1829-2945
Relasi AGAMA BUDAYA
Hasrat memurnikan Islam acapkali menggiring pada ketidakmampuan untuk melihat kearifan yang terkandung dalam tradisi lokal. Ini disebabkan pada satu pandangan bahwa kebenaran Islam adalah satu-satunya dan di luar itu tidak ada. Pandangan ini memaknai kebenaran Islam sebagai sebuah entitas yang mutlak terbedakan dengan yang lain. Tidak ada Islam lokal, yang ada adalah Islam universal dalam pengertian Islam-Arab. Tak ayal, pandangan ini lantas membawa kepada ketidakmungkinan Islam untuk diartikulasikan dengan simbol lain selain budaya Arab. Islam lokal adalah sinkretisme yang lebih berbau bid’ah, sesat dan neraka. Agaknya perlu menimbang kembali perseteruan tentang usha mengkaitkan hubungan dan atau batasan-batasan apa yang memisahkan antara keduanya, agama dan kebudayaan. Jikalau memang perdebatan seputar agama/budaya itu hanya perdebatan di atas kertas, tanpa menyentuh persoalan di ranah esensi —dan itu bukan tujuan LoroNG, maka tidak ada perlunya memperpanjang lagi; agama itu kebudayaan, kebudayaan ya agama! Akan tetapi di sini, bagaimana keduanya dikonstruksi dan bagaimana pula keduanya dirawat oleh penganutnya? Nah…[LoroNG].
Senin, 19 Juli 2010
Jurnal Lorong Volume 1 No. 1 2004
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar